Dear MS Friend,
Berikut adalah pertanyaan yang sering kita dengar dan responku terhadapnya.
“Bagaimana pendapatmu tentang pacaran beda agama?”
Secara pribadi, bukanlah tempatku untuk menghakimi siapa pun yang mempertimbangkan mereka yang beda keyakinan sebagai calon imamnya.
Tapi untukku, yang sama keyakinannya saja, belum tentu prinsip hidupnya sejalur.
Bahkan yang menurutku sudah sepadan pun masih ada perbedaan pendapat, latar belakang, kebiasaan dan sebagainya yang sangat bisa jadi konflik dalam rumah tangga.
“Tapi, gimana kalo melalui aku dia jadi kenal Tuhan?”
Kalo kita jadi perantaraNya, puji Tuhan. Tapi perlu diingat, Tuhan bisa pakai siapa saja dan apa saja agar orang kenal Dia.
Lewat quote yang gak sengaja terbaca di sosmed, lewat lagu yang terdengar saat menunggu di halte bis, melalui masalah yang dihadapi, dan sebagainya.
Kalo seseorang mau cari Tuhan mestinya dari kesadaran dan kerinduannya sendiri. Bukan sebagai “syarat” agar cinta bisa diterima oleh masyarakat dan keluarga besar.
“Tapi, kalo makin tua makin dikit pilihannya. Kalo gak “luwes”, alamat gak nikah dong”
Bagiku, menikah gak menikah bukan masalah utama. Yang jadi masalah itu kalo karakterku gak bener-bener di hadapanNya.
Semoga bisa jadi perenungan sama-sama ya :)
MS