Dear MS Friend,
Setiap kita mungkin tidak asing dengan amanah agung yang disampaikan Tuhan kepada murid-muridNya sebelum naik ke surga.
PesanNya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”
Saat mendengar pesan ini, hal pertama yang terbersit di kepala kita adalah pelayanan ke daerah terpencil atau mewartakan Injil kepada mereka yang gak pernah tahu soal Tuhan Yesus.
Ya gak salah juga sih. Apalagi jika ada tambahan pernyataan untuk membaptis juga. Karena gak semua orang diberi kewenangan untuk membaptis.
Ada tata cara dan kewenangan khusus dari organisasi untuk melakukan baptisan. Ditambah juga ada pencatatan khusus dan surat yang dikeluarkan sebagai tanda baptisan sudah dilakukan.
Namun, saat kita bicara soal menjadi menjadikan bangsa-bangsa muridNya, mestinya ini menjadi tugas setiap kita.
Mewartakan Injil tidak selalu dengan membawa Alkitab secara fisik dan mengetuk dari satu pintu ke pintu lainnya.
Mewartakan Injil yang sesungguhnya adalah saat hidup kita menjadi cerminan ajaranNya. Menjadi “surat yang terbuka yang bisa dibaca” oleh lingkungan dimana kita berada.
Tidak perlu berteriak-teriak kita agama apa atau Tuhan kita siapa. Semestinya dengan lihat sikap hidup kita tiap hari, orang sudah paham sendiri Siapa Tuhan yang kita sembah.
Kalo sampai detik ini orang masih bingung Tuhan seperti apa yang kita sembah karena gak cocok sama kelakuan kita, maka kita mesti bertanya ke diri sendiri: Sudahkah aku benar-benar percaya padaNya dan mengamalkan ajaranNya?
MS