Partner atau Robot?

Written on 11/23/2020
Maria Shandi


Dear MS Friend,

Saat kita pengen hidup yang nyenengin Tuhan, kita dihadapkan dengan pilihan untuk nurutin kehendak kita dan kehendakNya.

Sampai di satu titik, kita mungkin mikir: “Apakah dengan ikut kehendakNya, artinya aku jadi gak punya kehendak sendiri? Apa itu alasan aku mesti nanya terus tiap pagi apa yang Dia mau aku lakukan?”

Kurasa gak gitu juga sih konsepnya. Karena Ia ingin kita jadi partner kerjaNya, bukan robot yang diprogram untuk ngerjain mauNya tanpa mikir.

Misal, kita punya partner atau rekan. Partner dalam kerja kelompok atau bisnis.

Kita dan partner pasti punya rencana atau rancangan kegiatan. Kita punya goal dan tujuan soal apa yang mau dicapai dari hubungan rekanan ini.

Entah itu berupa garis besar kegiatan atau pun cetak biru (blue print).

Tapi dalam realitanya, kita dan partner punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mesti nyumbang ide dan tenaga supaya tujuan tadi bisa tercapai.

Bayangkan kalo kita punya partner yang tiap hari kerjanya cuma nanya: “Hai Bos, saya mesti ngapain nih? Coba tunjukin Bos cara kerjanya. Kalo gini gimana nih, Bos? Bos, saya gak paham. Coba Bos aja yang mikir”

Kalo gitu, kan lama-lama kesel juga ya. Tentu kalo ada masalah kita bicarain sama-sama buat cari solusi. Tapi bukan berarti cuma salah satu orang yang kerja.

Kurasa gitu juga kita sama Tuhan. Dia sudah kasih gambaran besarnya, yaitu “Jadi serupa dalam karakterNya yang mulia”.

Nah tugas kita apa? Benerin hidup kita supaya bisa capai tujuan itu. Lewat tanggung jawab berkeluarga dan bermasyarakat selama kita masih hidup di dunia ini.

MS