Turn Bad into Good

Written on 09/30/2020
Maria Shandi


Dear MS Friend,

Saat baca renungan beberapa hari ini, mungkin ada yang menggumam di dalam hati: “Tapi gimana kalo keadaannya sebaliknya? Gimana kalo aku si Yusuf, yang tertindas, yang dipersalahkan, yang diperlakukan tidak adil?” .

“Apakah aku tidak boleh marah? Apakah aku harus diam saja dan “mengoreksi diri?” .

Buat dirimu yang punya pemikiran ini, yuk kita luruskan sama-sama ya.

Percayalah, gak ada yang mau terlahir di keluarga yang gak harmonis atau ditempatkan di lingkungan yang buruk.

Tapi, kita gak bisa milih di mana kita “memulai” perjalanan hidup kita di dunia ini.

Artinya, saat kita baru lahir, itu adalah anugerah dan karunia yang dipercayakan kepada kita untuk kita kelola.

Seberapa pun sedikit atau banyak, itu adalah “bekal” yang kita punya untuk menjalani hidup.

Seiring berjalan waktu, kita bisa belajar, memperlengkapi diri, menjelajah dunia luar, buka wawasan terhadap hal-hal baru.

Kalo lingkungan gak mendukung, ya gak apa-apa. Minimal kita tahu ada satu pribadi yang selalu dukung kita, yaitu Tuhan Yesus.

Ia gak pernah janjikan jalan kita lurus dan mulus kaya tol Suramadu. Tapi, Ia akan dampingi dan bantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagiNya.

Apakah Yusuf menyerah dan jadi simpanan Tante Potifar? Apakah ia menyalahkan Tuhan dan jadi gila? Ataukah ia memilih untuk bunuh diri saja?

Ia gak lakukan itu semua. Ia pilih jalan sulit dengan masuk penjara dan berkarya di sana.

“Penjara” apa yang sedang kamu alami hari-hari ini? Gimana kamu menjaga hatimu tetap semangat?

MS