Semua atau Tidak Sama Sekali

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Aku mengenal seorang karyawan yang sangat berdedikasi dalam bekerja. Di mataku, ia adalah seorang pekerja yang totalitas, jujur dan tidak pernah berhenti belajar hal baru untuk kemajuan perusahaan. Ia selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasnya walaupun harus pulang larut malam. Tak jarang hari liburnya pun direlakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan kehadirannya. Istimewanya adalah ia tidak pernah mengeluh dan selalu terlihat bersemangat dalam kesehariannya. Pada suatu rapat, pimpinan perusahaan memberikan apresiasi kepadanya sekaligus menanyakan apa yang menjadi pemicu totalitasnya. Dengan sederhana, ia menjawab bahwa kebahagiaan keluarganya lah yang menjadi alasannya bekerja tanpa mengenal lelah. Aku bisa merasakan cintanya yang begitu dalam untuk keluarganya melalui totalitas hidupnya.

Ketika Tuhan hidup di dunia ini, Tuhan memberikan segenap hidupnya untuk menyelesaikan karya keselamatanNya bagi kita. Perjuangan Tuhan yang totalitas membuktikan cintaNya yang sempurna untuk bisa membawa kita tinggal bersamaNya dalam sebuah hubungan keluarga yang harmonis selamanya. Tuhan menghendaki kita mengikuti jejakNya untuk totalitas dalam meresponi karya keselamatanNya. Jadi Kekristenan bukanlah sebuah agama yang menjanjikan kelimpahan atau kesenangan sementara di dunia ini. Kekristenan berbicara tentang cinta, bagaimana usaha Tuhan untuk membentuk sebuah keluarga dengan kita di langit bumi yang baru dan membutuhkan respon kita. Ketika kita menghayati ini, kita akan mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi untuk memulai hubungan yang harmonis denganNya sejak di dunia ini.

Bukti cinta kita kepada Tuhan adalah dengan memberikan segenap hidup kita untukNya termasuk potensi, harta dan waktu yang ada. Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki apapun di dunia ini, justru kita seharusnya berusaha memiliki segalanya untuk mempersembahkannya bagi Tuhan. Kalau kita mencintaiNya, kita melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan totalitas memaksimalkan potensi diri, berprestasi di sekolah dan kuliah serta bekerja dengan giat karena kita melakukan semuanya untuk menyenangkan Tuhan. Ketika kita melakukan bagian kita, Tuhan pasti menyertai supaya kita bisa efektif menjadi saksiNya di mana pun kita berada.

Seperti seorang karyawan yang karena cinta membuatnya begitu totalitas untuk keluarganya, begitu pun ketika kita mencintai Tuhan, seharusnya kita akan berjuang memaksimalkan segenap potensi diri sebagai ekspresi cinta kita kepadaNya. Kita seharusnya menjadi orang yang bertanggung jawab, jujur, cerdas dan unggul agar bisa mendukung pekerjaan Tuhan tanpa batas. Kita tidak menjadi beban bagi orang lain sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi mereka. Di mana pun Tuhan tempatkan kita berada, entah itu sebagai pelajar, ibu rumah tangga, karyawan, supir, pengusaha, praktisi hukum, dokter, aparat keamanan, anggota dewan dan sebagainya, lakukanlah semuanya dengan maksimal untuk Tuhan sehingga kita bisa menjadi saksi bagi orang- orang di sekitar kita. Selanjutnya kita bisa membantu orang- orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Disitulah kesempatan kita untuk membuat mereka merasakan kasih Tuhan secara nyata melalui hidup kita.

Ketika kita mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, kita akan menjadikan gaya hidup totalitas untuk Tuhan sebagai gaya hidup kita setiap hari. Cinta kita kepadaNya lah yang menjadi pemicu untuk kita melakukan segala sesuatunya yang terbaik. Kita berusaha untuk merajut senyum Tuhan dengan memaksimalkan apa yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita. Kita akan semakin menghayati bahwa hidup bukan hanya sekali dan kita tidak selamanya hidup di dunia ini karena kita akan melanjutkan hidup yang sesungguhnya di langit dan bumi yang baru. Mari mencintai Tuhan dan membuatNya tersenyum dengan totalitas hidup kita bagiNya.