Aku dan Kakak

Written on 05/31/2019
Maria Shandi


Saya punya seorang kakak, biasa saya panggil ko Iyo. Walaupun ketika masih kecil kami suka rebutan mainan, rebutan nonton TV, sampai rebutan makanan tapi sekarang ko Iyo adalah sahabat sekaligus penasihat terbaik saya. Ko Iyo menjadi teman jalan, teman nonton, teman makan dan teman berbagi saya yang sangat menyenangkan. Saya ingat ketika berantem waktu masih kecil, orang tua saya selalu bilang, kalau sayang mereka, kami harus akur. Kalau gak akur, daddy dan mama sedih. Biasanya kalimat itu berhasil meluluhkan saya dan ko Iyo, walaupun gengsi tapi akhirnya kami berdua sama-sama kasih jari kelingking tanda baikan. Meskipun sampai sekarang kami terkadang berbeda pendapat tapi biasanya gak sampai satu hari, tanpa kelingking, kami sudah baikan lagi.

Saya sudah sering mendengar Firman "Kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Semakin saya bertumbuh, semakin saya menyadari bahwa hubungan mengasihi Tuhan dan sesama adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Seperti ko Iyo dan saya yang berusaha untuk akur sebagai bentuk kasih kami kepada orang tua, demikian juga seseorang yang mengaku mengasihi Tuhan, dia pasti mengasihi sesamanya. Karena kasihNya kepada Tuhan akan terekspresi dalam bentuk tindakan nyata mengasihi sesama. Seperti sebuah uang koin yang memiliki dua sisi yang tidak terpisahkan, begitu juga kita harus memiliki kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama, barulah kasih itu menjadi sempurna. Hubungan mengasihi Tuhan dan sesama memang satu kesatuan tapi harus berdiri sendiri. Artinya dalam mengasihi Tuhan, tetap harus ada waktu yang disiapkan untuk bercinta dengan Tuhan melalui doa pribadi dan belajar kebenaran Firman Tuhan setiap hari, ini tidak bisa digantikan dengan apa pun. Kesatuannya adalah ketika kita merealisasikan kasih kepada Tuhan dengan mengasihi sesama.

Seseorang tidak bisa mengasihi orang lain secara benar kalau tidak mengasihi Tuhan, karena Dialah sumber kasih yang sejati. Kalau seseorang mengasihi Tuhan, dia akan berusaha untuk mengenal pribadiNya dan masuk proses keselamatan bagaimana dia dibentuk ke rancangan semula. Melalui persekutuan pribadi, kebenaran Firman Tuhan, peristiwa hidup setiap hari, dia akan memiliki karakter Tuhan dalam dirinya sehingga naluri kasih Tuhan akan terpancar dan direfleksikan kepada sesamanya. Salah satu ciri yang paling terlihat dari seseorang yang mengasihi Tuhan adalah dia tidak akan melukai orang lain, baik melalui ucapan dan tindakannya. Tuhan mengasihi manusia karena manusia berharga di mataNya, maka manusia yang mengasihi Tuhan pasti akan mengasihi manusia lainnya yang berharga dan dikasihi Tuhan tersebut.

Saya ingat, waktu kecil ekspresi sayang saya dan ko Iyo kepada orang tua cukup berbeda. Salah satu bentuk ekspresi saya adalah dengan menulis surat cinta untuk mereka. Berbeda dengan ko Iyo, salah satu bentuk ekspresinya adalah membantu mereka mencuci mobil. Sama halnya dengan setiap kita, bisa memiliki ekspresi yang berbeda dalam mengasihi Tuhan tapi hubungan dengan mengasihi sesama tetap tidak akan terpisahkan. Misalnya seorang pengerja gereja ekspresinya adalah melayani di mimbar, tujuannya untuk membawa orang kepada keselamatan. Seorang pekerja yang bekerja dengan jujur dan produktif supaya istri dan anaknya bisa hidup layak adalah bentuk ekspresinya mengasihi Tuhan. Seorang pelajar yang belajar dengan rajin supaya tidak mengecewakan orang tuanya atau seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumahnya dengan baik supaya keluarganya bisa tinggal dengan nyaman. Ini semua adalah bentuk ekspresi mengasihi Tuhan yaitu ketika seseorang melakukan segala sesuatu untuk Tuhan dan inilah arti dari pelayanan yang sesungguhnya.

Ketika menulis surat cinta untuk daddy waktu masih kecil, tak jarang saya mengakhiri surat dengan tulisan "aku sayang daddy". Tapi rasa sayang saya waktu itu hanya berbentuk tulisan dan belum bisa dibuktikan. Ketika bertumbuh semakin dewasa, saya mulai merealisasikan rasa sayang saya kepada orang tua dengan berusaha menyenangkan mereka dengan apa yang bisa saya lakukan dan mengikuti cara hidup mereka. Waktu merenungkan hal ini, saya disadarkan seharusnya kasih kita kepada Tuhan juga bertumbuh semakin dewasa. Bukan hanya sekedar kasih melalui perkataan tapi direalisasikan melalui tindakan nyata. Orang yang mengasihi Tuhan akan berusaha mengupayakan keselamatan orang lain dan menghargai nilai jiwanya seperti Bapa menghargai nilai jiwa manusia sehingga mengutus Tuhan Yesus.

Saya pernah berkunjung ke rumah seorang pengerja gereja, ironisnya dia berkelakuan sangat kasar kepada asisten rumah tangganya. Ini menjadi pelajaran yang berharga buat saya. Ketika kita mengupayakan keselamatan orang lain, seharusnya kita tidak akan melukai siapa pun, kapan pun dan di mana pun tanpa memandang perbedaan suku, kedudukan bahkan agama. Seharusnya perbuatan baik dan karakter yang bersinar menjadi kesaksian hidup kita yang paling efektif bagi orang di sekitar kita. Tujuan akhirnya agar mereka bisa merasakan Tuhan yang hidup melalui karakter kita dan berujung pada keselamatannya. Saya sadar mempraktekkan ini tidaklah semudah menulisnya. Ketika bertemu dengan orang yang tidak menyenangkan, saya berusaha untuk tidak “memakaikan ukuran baju saya kepadanya", karena saya sadar setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman hidup dan pendidikan yang berbeda sehingga saya bisa lebih menerima mereka apa adanya. Dan saya menyadari, orang-orang yang tidak menyenangkan tersebut mendatangkan kebaikan pada akhirnya karena mereka turut membentuk dan mendewasakan karakter saya. Mari mengasihi Tuhan dan sesama. Tuhan berkati