Belajar & Berlatih

Written on 05/31/2019
Maria Shandi


  1. Belajar dan Berlatih

Umur lima tahun adalah saat pertama kali saya belajar piano dengan tujuan supaya saya bisa bermain piano dengan baik. Untuk bisa sampai kepada tujuan itu saya harus belajar dan latihan setiap hari. Bahkan saya harus dimuridkan oleh seorang guru untuk menuntun dan membantu saya memahami. Walaupun sampai hari ini masih belajar, melalui pelajaran yang sudah saya latih membuat saya bisa bermain piano hari ini.

Melalui gambaran ini, saya merenungkan apa sih tujuan hidup saya. Dulu saya bermimpi untuk punya kehidupan yang layak, keluarga yang baik dan hidup nyaman. Tapi semakin saya mengerti kebenaran, saya disadarkan bahwa tujuan utama hidup setiap orang percaya adalah tinggal bersama dengan Tuhan Yesus sampai di Surga nanti. Dunia bukanlah rumah kita. Hidup hanya sekali dan kita hanya sementara tinggal disini. Rumah dan hidup kita yang sesungguhnya dimulai setelah kita menutup mata nanti. Tentu hal-hal lain yang bersifat kebutuhan jasmani harus diusahakan secara maksimal supaya bisa efektif sesuai kehendak Tuhan dan sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap hidup yang Tuhan berikan. Kalaupun seseorang sekolah, bekerja, melakukan hobi, menikah, mengurus keluarga dan sebagainya itu semua sebagai pendukung dalam memburu Tuhan dan melakukan kehendakNya.

Seperti belajar piano, ketika saya mempunyai tujuan yaitu Surga, berarti saya harus belajar kebenaran Firman Tuhan agar tujuan itu tergenapi. Dulu saya pikir belajar kebenaran Firman Tuhan hanya untuk pelayan Tuhan di gereja, tapi sekarang saya mengerti bahwa semua orang percaya harus belajar kebenaranNya. Dulu saya pikir menggali kebenaran Firman Tuhan hanya perlu dilakukan di sekolah Alkitab. Padahal idealnya, gereja seharusnya menjadi sekolah Alkitab di mana kebenaran Firman Tuhan diajarkan secara maksimal. Karena pengenalan akan Tuhan sangat menentukan kualitas iman, kehidupan rohani dan seluruh aspek kehidupan kita. Kita harus bertumbuh dalam pengertian yang benar tentang Tuhan sehingga bisa mengambil tindakan dan keputusan yang benar menurut kacamata Tuhan, bukan kacamata manusia. Kita menjadi cerdas rohani sehingga tidak terjerat dengan siasat iblis yang dengan segala usaha memenuhi pikiran manusia yang tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan. Hal yang paling berperan bagi pertumbuhan iman yang benar adalah pengenalan akan Tuhan melalui belajar tentang kebenaranNya. Setelah menyadari ini, saya berusaha untuk terus belajar kebenaranNya melalui Alkitab, artikel dan CD khotbah, pendalaman Alkitab, setiap hari.

Ketika belajar piano, saya tidak cukup hanya membaca buku dan mendengar penjelasan guru. Tapi saya harus berlatih setiap hari selama bertahun-tahun untuk bisa bermain dengan baik. Bahkan saya harus mengikuti ujian untuk bisa naik ke level berikutnya. Begitu pun belajar kebenaranNya, tidak cukup hanya dengan mengisi pikiran saja melalui baca Alkitab dan khotbah di gereja tapi harus dilatih melalui peristiwa hidup setiap hari. Dan sangat sering saya alami, ketika saya belajar kebenaran yang baru, biasanya tidak lama setelah itu ada proses yang seakan sedang menguji apakah saya sungguh-sungguh bisa memperagakannya. Firman yang dipelajari bukan sekedar dipahami tapi harus diperagakan yang akhirnya menjadi prestasi abadi seseorang. Dan inilah yang dimaksud buah yang kekal oleh Tuhan Yesus (seperti tertulis di dalam Yohanes 15:16).

Setelah bertahun-tahun latihan piano, akhirnya lagu-lagu yang saya latih sudah menyatu dalam pikiran sehingga saya bisa memainkannya secara otomatis bahkan tanpa harus melihat. Begitu pun dengan seseorang bisa dikatakan berbuah bila kebenaran Firman Tuhan yang dipahami tersebut dilatih dengan sungguh sehingga menyatu dalam jiwanya dan dapat diperagakan secara otomatis dalam kehidupan kesehariannya. Setiap orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan, bila kehidupan seorang kristen tidak luar biasa berarti ada yang salah dalam kekristenannya. Kita dipanggil bukan hanya sekedar berbuat baik sesuai moral dan tidak melanggar hukum yang ada, tapi lebih dari itu kita dipanggil untuk melakukan kehendak Bapa. Teladan sejati kita adalah Tuhan Yesus. Kita harus hidup sebagaimana Yesus pernah hidup di dunia, supaya keselamatan yang Bapa janjikan tergenapi yaitu dikembalikannya manusia kepada rancangan Bapa yang semula. Jadi, orang baik belum tentu selamat karena baik menurut kacamata manusia belum tentu baik menurut kacamata Tuhan. Tapi orang selamat pasti berkelakuan sangat baik karena dia memperagakan karakter Kristus yang sempurna.

Dulu saya berpikir kekristenan adalah jalan yang mudah. Melalui kristen, kita dihindarkan dari masalah-masalah hidup yang berdampak pada kecenderungan menyelesaikan masalah secara instan tanpa proses. Padahal Alkitab mengajarkan kekristenan sebagai jalan yang sukar. Kekristenan bukan alat untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup dengan mudah. Masalah kehidupan seperti ekonomi, kesehatan, dan sebagainya harus kita usahakan dengan sebaik mungkin. Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan sistem dan tatanan yang sempurna. Hukum tabur tuai berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali. Kalau kita rajin bekerja, jujur, cerdas mengelola uang, kita diberkati. Kalau kita menjaga pola makan, istirahat dan olahraga yang seimbang, kita sehat. Dan hukum ini berlaku untuk seluruh umat manusia karena Tuhan tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya, terbukti dari orang di luar kristen pun kalau bertanggung jawab atas hidupnya bisa menjadi kaya dan sehat secara jasmani.

Oleh sebab itu, mari belajar bertanggung jawab atas kehidupan kita. Seharusnya yang menjadi “masalah utama” kita yang sesungguhnya adalah menemukan Tuhan yang benar, mengenalNya dengan baik dan mengikuti kehendakNya. Karena Tuhan lebih luas dari jagat raya dan “Pribadi Agung” yang tidak terselami, maka untuk menemukan Tuhan, mengenal dan melakukan kehendakNya dibutuhkan perjuangan yang melebihi segalanya. Jadi kehidupan manusia yang sementara di dunia ini adalah untuk berjuang, sampai seseorang bertemu dan tinggal bersama Kekasih Abadi yang sejati yaitu Tuhan Yesus.

Saya sangat menyadari, memperjuangkan harta yang sesungguhnya ini tidaklah mudah. Untuk bisa bermain piano saja membutuhkan proses yang panjang dan harga yang harus dibayar, apalagi untuk mengejar tujuan hidup kita yang berdampak pada kekekalan. Diperlukan niat, perjuangan dan langkah untuk terus lapar dan haus akan kebenaranNya serta melatih diri melalui segala peristiwa hidup sehingga segenap hidup kita bisa menjadi kesukaanNya dan layak untuk tinggal bersama Tuhan Yesus sampai selamanya. Percayalah, pada akhirnya perjuangan kita tidak sebanding dengan harta sesungguhnya yang Tuhan sediakan. Seperti Paulus berkata dalam Filipi 3:7-9 "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya." Mari berjuang bersama, Tuhan berkati