Surat Cinta Lamaku

Written on 06/04/2019
Maria Shandi

1

Sewaktu di Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku sempat menjadi anggota sebuah organisasi siswa bernama OSIS. Salah satu tugas kami adalah terlibat dalam Masa Orientasi Siswa (MOS) yang diperuntukkan bagi siswa-siswa baru. Melalui MOS, siswa-siswa baru saling memperkenalkan diri dan diperkenalkan dengan lingkungan sekolah. Aku ingat, pada hari terakhir MOS, siswa-siswa baru tersebut diharuskan menulis surat cinta kepada anggota OSIS sebagai syarat lulus dari MOS. Jika mereka tidak melakukannya, selain tidak lulus dari MOS, mereka akan mendapat hukuman seperti bernyanyi atau berjoget di depan umum. Pada saat itu, aku sebagai OSIS menerima banyak surat cinta dari siswa-siswa baru.

Beberapa tahun kemudian, ketika aku menemukan kembali surat-surat cinta lama yang kudapatkan ketika MOS waktu itu, aku membacanya sambil tersenyum lucu. Dalam surat-surat itu, ada banyak kata-kata romantis yang kutemui namun aku tidak dapat merasakan keindahannya. Ada banyak kata-kata pujian yang kubaca, namun aku tidak dapat merasakan ketulusannya. Karena aku tahu, mereka menulis surat cinta itu bukan dari kesungguhan hati tapi hanya supaya mereka tidak mendapat hukuman. Aku membayangkan, ketika seseorang mencintai Tuhan hanya karena takut dihukum atau masuk neraka, Tuhan pun bisa merasakan ketidaktulusan cintanya. Walaupun ia mengucapkan kalimat doa yang manis, Tuhan tidak bisa merasakannya. Karena Dia adalah Pribadi yang memiliki perasaan yang bisa merasakan ketulusan cinta kita.

Seperti siswa-siswa baru yang mengirimiku surat cinta supaya bisa lulus dari MOS, begitu pun mereka yang memuji-muji Tuhan hanya karena berharap sesuatu atau supaya masuk Surga. Sesungguhnya mereka hanya mencintai tanganNya untuk memberikan semua yang diinginkan tapi tidak mencintai pribadiNya. Mereka hanya mencintai kuasa dan mujizatNya tapi tidak mencintai ajaran dan didikanNya. Walaupun mereka menyanyikan lirik-lirik pujian yang indah, Tuhan tidak bisa menikmatinya. Karena Tuhan bisa merasakan kedalaman hati setiap orang.

Ketika kita mencintai Tuhan dengan tulus, bukan karena takut dihukum dan masuk neraka, bukan juga karena mengharapkan sesuatu dan masuk Surga, tapi mencintai Pribadi Tuhan itu sendiri. Pribadi Maha Kasih yang telah memberikan hidupNya supaya kita bisa hidup. Padahal kita hanyalah debu dalam debu yang tenggelam dalam lumpur dosa. Tapi Ia rela melepaskan segala ke-Tuhan-anNya untuk datang ke dunia, disamakan dengan manusia dan mati untuk membersihkan kita dari lumpur dosa supaya kita bisa berada di mana Ia ada. Aku tidak pernah menemukan alasan mengapa kita diperlakukan begitu berharga selain karena cintaNya yang begitu besar. Oleh sebab itu, tidak ada alasan juga untuk kita tidak mencintaiNya.

Untuk bisa mencintai Tuhan dengan tulus, kita harus mengenal pribadiNya melalui Alkitab yang berisikan surat cintaNya untuk kita. Ketika kita membacanya setiap hari, kita akan semakin mengenal cintaNya dan semakin mencintaiNya. Untuk mencintaiNya dengan tulus, kita juga harus mengalami Tuhan secara nyata. Bukan dari kata orang atau buku bacaan, tapi sungguh- sungguh mengalamiNya. Temui dan alamilah Tuhan dalam doa pribadi setiap hari, walaupun terkadang kita merasa seakan-akan Tuhan tidak ada. Tapi ketika kita terus setia mencariNya, kita akan mengalami bahwa Tuhan sungguh nyata hadir dalam hidup kita. Selanjutnya, kita harus menghidupi Tuhan dalam kehidupan setiap hari. Berhati-hatilah atas apa yang kita lihat, dengar dan lakukan. Perbuatlah segala sesuatu hanya untuk menyenangkan Tuhan. Sampai satu titik, Tuhan bisa merasakan ketulusan cinta kita melalui setiap yang kita pikirkan, katakan dan lakukan.