Diasuh oleh Dunia

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Aku pernah menyaksikan sebuah acara televisi tentang pengembalian orangutan ke habitatnya setelah dirawat beberapa tahun oleh tim dokter hewan. Namun, karena sudah terbiasa dirawat oleh manusia, biasanya mereka tidak bisa bertahan hidup jika langsung dilepaskan di alam liar. Jadi sebelum dilepas, orangutan tersebut diberikan pelatihan terlebih dahulu di hutan buatan. Tujuannya adalah mempersiapkan mereka untuk bertahan hidup di hutan yang sesungguhnya.

Aku juga pernah membaca sebuah kisah nyata tentang seorang anak yang dibuang ke hutan dan dirawat oleh orangutan selama beberapa tahun lamanya. Akhirnya, anak itu berhasil ditemukan dan dirawat kembali oleh manusia. Namun karena sudah terlalu lama diasuh oleh orangutan, anak tersebut harus berjuang untuk dilatih berbicara, berjalan dan bertingkah laku seperti manusia.

Dua kisah ini menyadarkanku bahwa setiap manusia sesungguhnya berasal dari Bapa dan bukan dari dunia ini. Namun manusia telah diasuh begitu rupa oleh dunia sampai mereka tidak mengerti standar hidup seperti Bapa. Karena sudah terlalu lama diasuh oleh dunia, banyak orang merasa sudah memiliki cara hidup yang benar sebagai anak Bapa. Padahal cara hidup yang dikehendaki Bapa adalah seperti Tuhan Yesus ketika hidup di dunia ini, baik dalam ketaatan, kebaikan, kesucian, ketulusan dan semua kualitas hidupNya.

Kalau kita memanggil Dia Bapa, berarti status kita adalah anak yang seharusnya berkarakter seperti Bapa. Karakter Tuhan Yesuslah yang mencerminkan karakter Bapa yang seharusnya kita teladani. Jadi status anak bukan hanya seperti tiket untuk memperoleh berkat jasmani dan masuk Surga tapi tiket yang menuntut tanggung jawab untuk belajar berkarakter seperti Bapa.

Untuk meneladani Tuhan Yesus, dibutuhkan perjuangan yang luar biasa karena irama hidup kita sudah terlanjur dipengaruhi oleh dunia ini. Hasil dari asuhan dunia bertahun-tahun antara lain, sikap mengingini dunia untuk kepentingan diri sendiri, memberi nilai diri dari hal-hal dunia dan berharap dunia bisa membahagiakan. Asuhan dunia membuat manusia berlomba-lomba mencapai kesuksesan menurut ukuran dunia untuk kebanggaan dan kesenangannya sendiri. Seakan-akan mereka akan hidup selamanya di dunia ini hingga mengabaikan setiap kesempatan untuk memiliki karakter Bapa.

Oleh sebab itu, sebelum kembali ke rumah kita yang sesungguhnya, seharusnya kita melatih diri untuk hidup sebagai anak Bapa. Ini membutuhkan waktu yang panjang hingga kita mengalami proses pendewasaan. Menyadari hal ini, kita seharusnya mencari Tuhan hanya untuk satu tujuan yaitu agar kita bisa diajar untuk hidup sepertiNya. Satu-satunya prestasi yang paling berharga dalam hidup ini adalah ketika kita menjadi anak Bapa yang memiliki cara hidup sesuai dengan kehendakNya. Injil adalah sarana utama untuk kita dapat belajar bagaimana memiliki karakter Tuhan Yesus. Injil yang dipelajari seharusnya kita hidupi dalam keseharian kita. Selanjutnya kita akan dituntun untuk memiliki cara hidup sebagai anak Bapa melalui setiap peristiwa hidup yang terjadi. Sampai kita bisa memancarkan karakter Tuhan Yesus dalam pikiran, ucapan dan tindakan kita yang pada akhirnya menjadi prestasi abadi kita.