Ke Gereja atau Dukun?

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Ini adalah kisah tentang seorang teman sekolahku. Ia memiliki seorang ayah yang ingin sekali menjadi kaya dalam waktu yang singkat. Lalu ayahnya mengambil jalan pintas dengan pergi ke kuasa gelap untuk meminta petunjuk agar keinginannya terwujud. Singkat cerita, ayahnya melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh kuasa gelap tersebut, termasuk menyembah pohon, batu dan benda mati lainnya demi mendapatkan uang yang banyak. Kisah ini menyadarkanku tentang arti menyembah yang sesungguhnya.

Menyembah dalam bahasa Yunani adalah proskuneo yang arti sempitnya adalah tunduk, dan arti luasnya adalah memberi nilai tinggi. Kalau kita menyembah Tuhan, berarti kita memberi nilai tertinggi kepadaNya, sehingga kita akan tunduk dan menghormati Tuhan. Mari renungkan, seseorang yang memberi nilai tertinggi kepada uang, pergi ke kuasa gelap untuk menyembah pohon, batu atau benda lainnya. Maka benda-benda tersebut bukanlah yang disembah tapi hanya sebagai sarana untuk mendapatkan uang yang diinginkan. Jadi, sesungguhnya uang adalah objek penyembahannya yang menjadi nilai tertinggi dalam hidupnya. Begitu pun dengan orang yang datang kepada Tuhan hanya untuk mendapatkan hal-hal dunia, sesungguhnya dia sedang tidak menyembah Tuhan. Dia tidak menaruh nilai tertinggi kepada Tuhan tapi kepada harta, jabatan dan hal-hal dunia lainnya. Tuhan hanyalah sebagai sarana untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dan bukan menjadi tujuan utama.

Setiap kita diciptakan hanya untuk menyembahNya, artinya kita dikehendaki hanya untuk mengingini Tuhan saja, bukan hal-hal lain selain Tuhan. Ketika kita menyembah Tuhan, sikap hati kita memberikan nilai tertinggi kepadaNya, tidak terbatas ruang dan waktu. Jadi menyembah bukan hanya kita lakukan ketika ada di gereja dengan sikap tubuh seperti bernyanyi, berlutut, mengangkat tangan dan sebagainya. Tapi yang terpenting dari segalanya adalah ketika sikap hati kita setiap hari memberi nilai tertinggi kepada Tuhan melalui ucapan, pikiran dan perbuatan kita. Penyembahan kita bukan hanya sekedar beberapa jam saja di gereja tapi seluruh tindakan dan renungan hati kita yang menyenangkan hatiNya.

Untuk menjadi penyembahNya, kita harus sungguh-sungguh menghayati bahwa Tuhan adalah Pribadi yang memiliki perasaan dan tinggal dalam hidup kita sehingga apapun yang kita lakukan, ucapkan bahkan pikirkan, Tuhan mengetahui dan bisa merasa senang atau sedih karenanya. Kalau kita memperlakukan Tuhan sebagai Pribadi yang hidup, kita akan berhati-hati dalam bertindak, berucap dan berpikir karena kita tidak ingin melukai perasaan Tuhan. Sebagai penyembahNya, sikap hati kita selalu memberi nilai tertinggi kepada Tuhan sehingga penghormatan kita kepadaNya terwujud dalam tindakan nyata. Kehidupan kita setiap hari menunjukkan penghargaan kita kepada Tuhan. Mari menjadi penyembah yang menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi satu-satunya dalam hidup ini.