Debu Dalam Debu

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Langit senja adalah salah satu pemandangan terindah buatku. Menatap langit senja bagaikan memandang sebuah lukisan indah yang tak berujung. Sering terlintas di pikiranku, tidak mungkin keindahan yang begitu sempurna terjadi dengan sendirinya, pasti ada Satu Pribadi Agung yang merancangnya. Rasa kagum ini membuatku ingin tahu lebih dalam tentang alam semesta. Ternyata dalam tata surya kita, bumi bersama tujuh planet lainnya berputar mengelilingi sebuah bintang bernama matahari. Tata surya kita bersama 160 milyar tata surya lainnya berada di sebuah galaksi bernama galaksi Bimasakti. Sedangkan total galaksi yang ada di alam semesta diperkirakan sekitar 2 triliun galaksi. Betapa luasnya jagat raya.

Lalu aku mencoba membandingkan ukuran bumi kita dengan alam semesta. Ukuran diameter matahari adalah 103 kali lebih besar dari bumi. Namun, bintang Antares memiliki ukuran 883 kali lebih besar dari matahari. Bintang terbesar bernama VY Canis Majoris memiliki ukuran 2,100 kali lebih besar dari matahari. Betapa kecilnya bumi kita dibandingkan alam semesta.

Ketika menjelajah alam semesta, aku terkagum akan karya Sang Pencipta. Betapa luasnya alam semesta, bumi seperti debu jika dibandingkan dengan jagat raya. Dan manusia hanyalah seperti debu di dalam debu. Masalah sebesar apapun di dunia ini seharusnya menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan kedahsyatan alam semesta. Tuhan yang Maha Agung yang merancang kelangsungan jagat raya ini adalah Tuhan yang sama yang merancang kehidupan kita. Ketika menghayati ini, kita akan lebih tenang dalam menghadapi badai hidup karena kita tahu rancanganNya selalu sungguh amat baik.

Aku membayangkan, betapa istimewanya ketika Bapa yang memiliki alam semesta beserta seluruh isinya memberikan kesempatan untuk kita menjadi anakNya. Ketika kita menghayati ini seharusnya kita tidak merasa rendah diri sekalipun berkekurangan secara materi di dunia ini karena kita memiliki Bapa yang empunya seluruh jagat raya. Kita juga tidak merasa tinggi hati ketika berlimpah materi karena kita sadar bahwa semua yang kita miliki hanyalah debu di dalam debu. Kesadaran ini membuat kita memandang dunia ini hanya sebagai persinggahan sementara untuk persiapan kehidupan yang sesungguhnya bersama Bapa di langit dan bumi yang baru.

Betapa tragisnya, ketika Bapa yang memiliki segalanya merelakan Anak TunggalNya untuk datang ke dunia demi menyelamatkan kita. Seakan-akan harga AnakNya sama dengan kita, debu dalam debu. Siapakah kita hingga dipandang begitu berharga. Kenyataan ini seharusnya membuat kita semakin mencintaiNya. Cinta yang tidak hanya sebatas pikiran dan perkataan tapi diekspresikan melalui tindakan nyata. Kita seharusnya sungguh-sungguh menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan kita setiap saat agar menyenangkan hati Bapa. Kita seharusnya bertanggung jawab atas hidup yang Tuhan berikan dengan menjaga kesehatan, belajar dan bekerja dengan giat, serta mengusahakan kesejahteraan keluarga. Kita seharusnya menyalurkan kasih Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita. Itu semua kita lakukan sebagai bentuk cinta kita kepada Tuhan. Mari menjadikan hidup ini sebagai kesempatan untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan.