Apakah Tuhan itu Baik?

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Gosok gigi adalah salah satu hal yang wajib aku lakukan sebelum tidur. Kebiasaan ini sudah ditanamkan oleh ayahku sejak masih kecil. Waktu kecil, semalam apa pun aku pulang ke rumah, ayah pasti mengharuskanku untuk menggosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur. Bahkan tak jarang walaupun aku sudah ketiduran di mobil, ketika sampai rumah si ayah menggendongku turun dari mobil dan membangunkanku untuk gosok gigi. Dulu, aku merasa ayah tidak baik karena menghalangiku untuk melanjutkan tidur lelapku. Seringkali aku menggerutu ketika ayah terpaksa menggosokkan gigiku karena aku tidak mau membuka mata. Sekarang, tanpa harus disuruh, sikat gigi sudah menjadi irama hidupku. Bahkan kalau tidak sikat gigi, biasanya aku akan sangat sulit untuk tidur. Setelah bertumbuh dewasa, aku menyadari ternyata aku memiliki ayah yang baik, yang mengajariku untuk bertanggung jawab atas tubuhku. Walaupun dulu rasanya tidak nyaman buatku untuk menggosok gigi setiap malam, namun sekarang aku bisa menikmati salah satu buahnya yaitu aku hampir tidak pernah sakit gigi.

Kisah ini menyadarkanku tentang konsep Tuhan yang baik. Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu baik sebatas hanya kalau memberikan semua yang mereka inginkan, hidup tanpa masalah, berlimpah materi, terhormat, sehat, sukses dan lain sebagainya. Padahal mereka tidak memperkarakan apakah keinginannya untuk kepentingan Tuhan atau diri sendiri. Dan mereka menjadi kecewa kalau Tuhan tidak memberikan apa yang mereka minta. Mereka memiliki konsep Tuhan yang baik dalam versinya sendiri.

Konsep baik menurut pandangan Tuhan bagi manusia adalah keselamatan. Keselamatan bukan berarti terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk Surga, itu adalah buah dari keselamatan. Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk memulihkan manusia agar segambar dan serupa dengan diriNya, baik dalam kesucian, karakter, pikiran serta perasaanNya. Injil adalah sarana utamanya, karena melalui Injil kita dapat mengenal apa yang baik sesuai dengan maksud Tuhan. Mengenal Injil dengan benar adalah kebutuhan mutlak yang tidak bisa digantikan oleh apapun.

Ketika kita dewasa rohani, kita menyadari bahwa Tuhan tentu sangat mampu melindungi kita agar tidak mengalami penderitaan dan kekurangan. Tapi Tuhan lebih tertarik untuk melindungi karakter dan kehidupan rohani kita lebih dari apapun juga sehingga keselamatan yang Tuhan anugerahkan bisa tergenapi. Bahkan seringkali Tuhan mengorbankan segala sesuatu dalam hidup kita demi pembentukan kedewasaan kita supaya kita menjadi serupa sepertiNya. Jadi tidak selamanya Tuhan melindungi segala sesuatu yang ada pada kita demi kepentingan atau sesuai selera diri kita sendiri. Tuhan bisa mengorbankan apa saja termasuk kekayaan, jabatan, kesehatan dan sebagainya supaya kita memiliki karakter Ilahi dan menjadi sahabat Tuhan.

Kalau seseorang memiliki konsep Tuhan itu baik hanya ketika Tuhan memberikan apa yang dia inginkan, berarti dia hanya mencari keuntungan diri sendiri untuk menikmati dunia dengan cara memanfaatkan Tuhan. Padahal damai sejahtera yang sesungguhnya adalah damai sejahtera yang bersumber pada kehadiran Tuhan dan kebenaranNya bukan dari apa pun dan siapa pun. Dunia ini seharusnya dianggap sebagai persinggahan sementara yang menjadi sekolah kehidupan untuk persiapan memasuki hidup yang sesungguhnya di langit dan bumi yang baru. Jadi, sekalipun kita mengalami kekurangan, sakit penyakit, kegagalan, dihina, ditipu, difitnah atau dikhianati, itu semua seharusnya bukanlah masalah besar. Masalah terbesar hanyalah apabila kita terpisah dari Tuhan.

Oleh sebab itu, dalam keadaan apa pun seharusnya kita selalu bersyukur walaupun keadaan tidak sesuai dengan rancangan dan keinginan kita. Kesulitan-kesulitan hidup ini menjadi berkat yang tidak ternilai kalau kita menemukan mutiara kebenaran di balik semua peristiwa yang kita alami. Itu semua menjadi vitamin jiwa dan nutrisi untuk pertumbuhan kedewasaan rohani kita. Berkat tidak selalu berupa sesuatu yang menyukakan hati menurut selera kita tapi segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita menurut pertimbangan Tuhan. Di situlah letak kebaikan Tuhan, di mana kita diajar untuk memiliki mental Surgawi yang akan kita nikmati buahnya sampai di kekekalan. Jadi, apa pun yang terjadi, mari sungguh-sungguh menghayati bahwa Tuhan selalu baik, sungguh baik dan sangat baik!