Tidak Ada Alasan untuk (Tidak) Mengampuni

Written on 06/04/2019
Maria Shandi


Sewaktu saya sekolah, ada seorang teman wanita sekelas yang kepribadiannya cukup unik. Dia selalu mencari perhatian melalui sikapnya yang berlebihan. Hampir semua teman di sekolah menjauhinya, termasuk saya pada waktu itu. Suatu kali, ada tugas kelompok di kelas dan saya dipasangkan dengan dia. Dengan terpaksa, saya harus sering bertemu dengannya selama beberapa minggu. Awalnya, saya merasa tidak nyaman karena sikapnya yang tidak menyenangkan. Setelah beberapa kali pertemuan, dia mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya. Ternyata selama ini dia mengalami kehidupan yang berat di mana ayah kandungnya menganiaya dia selama bertahun-tahun dan mengancam akan membunuhnya jika melaporkan perbuatannya. Di samping itu, dia juga harus bekerja setelah pulang sekolah sampai malam untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sedih, prihatin dan menyesal, itu yang saya rasakan saat mendengar curahan hatinya. Saya baru menyadari penyebab dari sikapnya yang terkesan tidak menyenangkan selama ini. Suasana belajar seketika itu berubah menjadi suasana duka. Dan mulai dari saat itu, pandangan saya terhadapnya berubah total. Ketika tugas kelompok berakhir, justru disitulah pertemanan saya dengannya dimulai.

Sejak masih sekolah, saya diwajibkan untuk menghafalkan Doa Bapa Kami sampai akhirnya saya bisa mengucapkannya secara otomatis. Namun ketika saya belajar kebenaran, saya menyadari bahwa Doa Bapa Kami bukan hanya sekedar untuk dihafal dan diucapkan tapi seharusnya menjadi pedoman hidup bagi setiap orang percaya, termasuk kalimat "ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Artinya kita akan memperoleh pengampunan kalau kita mengampuni orang lain. Karena Doa Bapa Kami diajarkan langsung oleh Tuhan Yesus sendiri, maka prinsip ini adalah harga mati dan tidak bisa ditawar.

Kita adalah orang- orang yang sudah diampuni oleh karena pengorbanan Tuhan Yesus, bukan karena perbuatan kita. Semua kesalahan dan dosa kita yang begitu besar sudah diselesaikan melalui Salib. Anugerah pengampunan ini membuat kita menjadi berhutang kepada Tuhan untuk hidup dalam kesucian dan kebenaranNya. Ketika kita menghayati karya salibNya, kita menjadi takut berbuat dosa dan ingin menyenangkanNya melalui apapun yang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Kita akan mengampuni orang lain karena kita tidak mau membuat Tuhan berduka melalui kebencian dan kepahitan kita terhadap sesama.

Melalui pengorbananNya di kayu salib, Tuhan Yesus sudah menyelesaikan dosa semua manusia, tanpa terkecuali. PengampunanNya bukan hanya diberikan untuk saya tapi juga untuk kita semua. Oleh sebab itu, ketika ada orang yang bersalah kepada kita, tidak ada alasan untuk kita tidak mengampuni karena Tuhan Yesus juga mati untuknya. Kita tidak berhak menghukum atau melakukan pembalasan karena yang berhak menyelesaikan dosa hanyalah Tuhan. Ketika kita menghayati bahwa kesalahan kita kepada Tuhan jauh lebih besar dibandingkan kesalahan orang lain terhadap kita, ini akan membuat kita jauh lebih mudah untuk mengampuni. Karena hutang kesalahan kita sudah dihapuskan oleh Tuhan, sudah sepantasnya juga kita menghapuskan hutang kesalahan sesama kita.

Di sisi lain, tidak ada manusia yang dengan sengaja merencanakan untuk berbuat jahat sejak lahir. Ketika kita menyadari bahwa latar belakang, pendidikan, komunitas dan pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi perilaku seseorang, kita menjadi lebih bisa mengerti dan menerima orang lain. Seperti Tuhan menerima kita tanpa mempedulikan besarnya kesalahan kita, begitu pun juga kita harus menerima sesama kita. Ini bukanlah hal yang mudah namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Ketika kita bisa mengampuni orang yang melukai kita, proses itu akan membawa kita semakin memiliki karakter seperti Tuhan Yesus. Betapa indahnya hidup ini, dengan mengampuni, kita tidak akan pernah kehilangan sahabat dan saudara serta bisa menjadi berkat untuk mereka. Jadi, siapapun yang pernah menyakiti kita, entah itu orang tua, anak, saudara, sahabat atau kerabat, mari mengambil keputusan untuk mengampuni dan melakukannya untuk Tuhan karena didasari oleh hati yang mengasihi Tuhan dan ingin menyenangkan hatiNya. Tuhan berkati